Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, July 23, 2009

Idul Adha

Tanggal 10 Dzulhijjah yang dinamakan Idul Adha memiliki arti : kembali
kepada pengorbanan. Dalam ajaran Islam, ibadah kurban sarat dengan
makna dan hikmat serta memiliki esensi dan filsafat yang sangat
diperlukan untuk meningkatkan kualitas manusia muslim baik dimensi
kehidupan individualnya maupun sosialnya.
Melaksanakan kurban pada hari raya Idul Adha ini selain membuktikan
ketaatan kepada Allah juga menunjukkan kesyukuran atas segala karunia
nikmat-Nya.
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus". ( Al_Qur`an,
Surah Al-Kautsar ayat 1 - 3 ).

--
Teguh Irianto,

Wednesday, July 22, 2009

Kurban Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim sebagai Bapak para Nabi telah diuji oleh Allah SubhanahuWaTa`ala untuk menyembelih Ismail - anaknya - sebagai kurban. Allah SWT memerintahkan hal itu melalui mimpi, untuk menguji seberapa besar keimanan dan kecintaan Nabi Ibrahim kepada-Nya.
Betapa berat perintah Allah itu untuk beliau jalankan. Akan tetapi, karena keimanannya yang tinggi dan kecintaannya kepada Allah, Nabi Ibrahim `Alaihissalam tetap berniat untuk melaksanakan perintah tersebut.

Selanjutnya Nabi Ibrahim AS mengajak Ismail ke tempat yang sepi. Ibrahim merebahkan anaknya dan memiringkannya. Beliau mengikatnya pada tulang pundaknya. Kemudian Nabi Ibrahim memegang pisau, lalu mengarahkan pandangannya sekali lagi kepada anaknya dengan pandangan yang tajam. Kemudian air matanya mengalir deras diikuti dengan desahan napas panjang yang menandakan rasa kasih sayangnya kepada Ismail. Akhirnya Ibrahim meletakkan pisau itu di tenggorokan Ismail dan menggeseknya diatas leher Ismail. Akan tetapi leher tersebut tidak putus, karena takdir Allah SWT telah menumpulkan ketajaman pisau tersebut.
Allah menebus Ismail dengan hewan sembelihan yang besar. Allah memperlihatkan sembelihan itu disampingnya, maka Ibrahim pun menerimanya. Lalu Nabi Ibrahim segera membaringkan dan menyembelih hewan tersebut. Darah mengucur deras dari leher hewan itu, dan tanah telah diwarnai dengan darahnya yang merah. Hewan sembelihan itu merupakan tebusan untuk anaknya dan sebagai pengganti bagi pengaliran darahnya.
Demikianlah kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail. Selanjutnya Allah mensyariatkan kaum muslimin untuk memperingati dan mengikuti acara penyembelihan kurban ini dalam Hari Raya `Idul Adha. Yaitu pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Hal ini dimaksudkan untuk meneladani peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim, dan sebagai rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.
(Majalah Nikah, volume 8 No. 01).

Tuesday, July 21, 2009

Syariat Berkurban

Kurban dalam hal ini dimaksudkan adalah hewan ternak (berupa sapi, kambing, atau unta) yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hukum daripada berkurban adalah sunnah muakkadah selama yang bersangkutan tidak mewajibkan kurban atas dirinya. Sunnah muakkadah maksudnya adalah sunnah yang sangat ditekankan. Artinya bahwa syariat berkurban itu hukumnya sunnah ain untuk setiap individu muslim dan sunnah kifayah untuk setiap keluarga muslim. Orang yang sebenarnya mampu tetapi dengan sengaja meninggalkan kurban dikenakan hukum makruh. Para ulama mempunyai batasan yang berbeda tentang "mampu" disini.
Dalam kehidupan bermasyarakat, kikir atau pelit merupakan penyakit terbesar yang sering timbul. Seseorang yang kikir dan enggan membelanjakan hartanya dijalan Allah berarti kikir terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya jika dia ikhlas menginfakkan hartanya dijalan Allah, dia telah mengangkat derajat dirinya sediri ketempat yang terpuji.
Dengan demikian, syariat berkurban merupakan wahana pendidikan umat dan bukan sekedar ibadah ritual yang mencerminkan rutinitas.